MEMERIKSA DAN MEMONITOR JANIN PADA TRIMESTER KEDUA DAN KETIGA
Pemeriksaan
pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan trimester
pertama, pada pemeriksaan ini , janin sudah terbentuk, dimana hal-hal
yang harus diperhatikan pada trimester ke II dan III adalah:
1. Keadaan Janin
2. Usia gestasi
3. Cairan Ketuban
4. Plasenta
Ad.1. Keadaan Janin
Yang harus diperhatikan dalam memeriksa keadaan janin adalah:
• Janin hidup / mati , dengan cara kita mencari pulsasi jantung janin
• Jumlah Janin , kita perhatikan apakah tunggal/multipel , jika lebih
dari satu janin, harus ditentukan khorionitas dan amnionitas
• Kelainan kongenital Mayor :lebih jelas dapat di lihat pemeriksaan USG trimester I
• Presentasi dan letak janin , jika usia gestasi sudah memasuki
trimester III, harus diperhatikan letak janin, apakah memanjang /
melintang, oblique , dan presentasi / bagian terbawahnya, apakah
presentasi kepala , atau presentasi bokong.
Ad.2. Usia Gestasi
Menentukan usia gestasi pada usia gestasi trimester II dan III berbeda
dengan trimester I, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
• Diameter biparietal (Biparietal Diameter / BPD)
• Diameter Oksipito Frontalis (Occipito Frontal Diameter / OFD)
• Lingkar Kepala (Head Circumference / HC)
• Panjang Humerus (Humerus Length / HL)
• Lingkar perut (Abdominal Circumference / AC)
• Panjang Femur (Femur Length / FL)
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah:
a. Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)
Sebelum mengukur diameter biparietal , kita harus mendapatkan gambaran potongan melintang kepala, adapun syarat2nya adalah:
- Gambaran seperti bola rugby
– Echo garis tengah terletak simetris dari anterior ke posterior kepala dan berjalan sepanjang kepala
– Kavum septum pelusidum membelah echo garis tengah pada sepertiga anterior kepala
Diameter biparietal diukur dari parietal yg satu ke parietal yg lain, dari outer-inner, atau outer-outer
b. Lingkar Kepala (head circumference/ HC)
Dalam mengukur lingkar kepala, cara menampilkan kepala sama dengan cara
menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Lingkar kepala diukur pada sisi
luar tulang kepala (outer-outer)
c. Diameter Antero-Posterior (antero-posterior diameter)
Dalam mengukur diameter antero-posterior, cara menampilkan kepala sama
dengan cara menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Diameter
antero-posterior diukur dengan cara mengukur jarak dari os occipital ke
os frontal, diukur outer-outer.
Tampilan
potongan melintang kepala yang baik untuk mengukur BPD, HC dan APD.
Kepala berbentuk seperti bola rugby, terlihat echo garis tengah dan
septum pelusidum yang memotong di sepertiga, dan terlihat thalamus.
d. Mengukur lingkar perut (Abdominal Circumference / AC)
Sebelum mengukur lingkar perut, kita harus bisa dulu menampilkan potongan melintang perut yang benar, caranya adalah:
• Ambil potongan longitudinal tubuh janin sehingga tampak gambaran vertebra, dan jantung ,
• setelah tampak jantung, putar transducer 90 derajat hingga tampak gambaran transversal jantung,
• lalu gerakkan transducer beberapa milimeter ke inferior hingga tampak
gambaran vertebra, gaster, dan vena umbilikal dalam satu bidang potong
Setelah mendapatkan potongan melintang abdomen yang baik, maka dapat diukur diameter abdomen, yang diukur dari sisi luar kulit.
Gambar diatas adalah gambaran potongan melintang abdomen yang baik, dimana terlihat vertebrae, gaster dan vena umbilical.
e. Mengukur Panjang Femur (femur length / FL)
• Pertama tentukan letak kepala
• Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau sakrum
• Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari gambaran femur yang baik
• Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar dengan femur.
Panjang femur diukur dari ujung ke ujung
Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik, dan femur sejajar transduser, panjang femur diukur dari ujung-ujung.
Ad.3. Pemeriksaan Cairan Amnion
Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral
dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin.
Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat
mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin , menurunkan
volume miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidroamnion
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.
Secara Subjektif:
– Membutuhkan pengalaman yang cukup
– Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin
melekat pada dinding uterus, dan sebagian lagi tidak menempel ,diantara
tubuh janin dan dinding uterus masih terdapat cairan amnion
Secara Single Pocket
1. Berdasarkan satu kuadran saja
2. Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin
3. Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut
Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara single pocket, dimana
yang diukur adalah jarak vertical terjauh antara bagian janin dan
dinding uterus, dan tidak ada bagian janin yang terletak dalam area
pengukuran tersebut
Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket
Hasil Pengukuran
|
Interpretasi
|
>2cm , <8cm
|
Volume cairan amnion normal
|
>8cm
|
polihidramnion
|
8-12cm
|
Polihidramnion ringan
|
12-16cm
|
Polihidramnion sedang
|
>16cm
|
Polihgidramnion berat
|
>1cm , <2cm
|
Borderline, evaluasi ulang
|
<1 cm
|
oligohidramnion
|
Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)
• Abdomen dibagi atas 4 kuadran
• Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
• Pengukuran harus tegak lurus dengan
• Bidang horizontal dan tidak ada boleh ada bagian janin diantaranya
Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4 kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Gambar di atas menunjukkan cara meletakkan probe yang benar pada perut pasien.
Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI
Hasil Pengukuran
|
Interpretasi
|
>2cm , <8cm
|
Volume cairan amnion normal
|
>8cm
|
polihidramnion
|
8-12cm
|
Polihidramnion ringan
|
12-16cm
|
Polihidramnion sedang
|
>16cm
|
Polihgidramnion berat
|
>1cm , <2cm
|
Borderline, evaluasi ulang
|
<1 cm
|
oligohidramnion
|
Ad. 4. Pemeriksan Plasenta
Pada pemeriksaan plasenta hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah:
• Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta
normal (di fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta
previa/plasenta marginal/plasenta letak rendah)
• Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah kehamilan tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.
• Menentukan kelainan plasenta
• Menentukan adanya lilitan tali pusat
Gambar di atas adalah tingkat gradasi plasenta beserta ciri-cirinya.
Pemeriksaan Plasenta
Cara memeriksa plasenta dan selaputnya :
• Periksa
sisi maternal (yang menempel pada dinding uterus) untuk memastikan
bahwa semuanya lengkap dan utuh tidak ada yang bagian yang hilang
• Pasangkan bagian-bagian placenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
• Periksa placenta bagian fetal (yang menghadap kejanin) untuk memastikan tidak ada kemungkinan loba ekstra (suksenturiata)
• Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
Ukuran Plasenta :
- Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 – 20 cm
- tebal lebih kurang 2,5 cm
- beratnya rata-rata 500 gr
- jumlah kotiledon mencapai 15- 20 buah
Macam-macam insersi tali pusat :
1.Tali pusat berada di tegah plasenta → Insertio sentralis
2. Tali pusat berada agak dipinggir plasenta → Insertio lateralis
3. Tali pusat berada di pinggir plasenta → Insertio marginalis
4. tali pusat berada di luar plasenta, dan hubungan plasenta melalui selaput janin → Insertio Velamentosa
Fungsi Plasenta :
– Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritive).
– Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi).
– Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2 (respirasi) .
– Sebagai alat yang membentuk hormone.
– Sebagai alat yang menyalurkan berbagai antibody ke janin.
Pemantauan Kontraksi
• Segera setelah kelahiran placenta lakukan rangsangan taktil pada fundus uteri → TERJADINYA KONTRAKSI FUNDUS UTERI
Cara melakukan Rangsangan taktil :
• Letakan telapak tangan pada fundus uteri
• Gerakan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi (15 kali putaran)
• Jika setelah satu atau dua menit uterus masih belum berkontraksi ulagi rangsangan taktil
• Ajarkan
ibu dan keluarganya cara melakukan rangsangan taktil ,uterus segera
dapat diketahui jika uterus tidak bekontraksi dengan baik
• Periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertma pasca persalinan
dan setip 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan